Ekonomi Indonesia (1)
Saya akan mengomentari sebuah buku
karangan, prof budiono yang berjudul ‘ekonomi indonesia’. Dalam buku tersebut
dijelaskan secara terperinci mengenai sejarah perekonomian Indonesia mulai dari
masa kerajaan, penjajahan, sampai kemerdekaan.
Bab 1
Dijelaskan tentang Kawasan nusantara
yang sudah dari dulu sebagai objek lalulintas perdagangan internasional cina,
Indonesia, india, arab. Lalu tak lama datanglah eropa yang ikut andil dalam
perdagangan itu untuk membawa komoditi utama berupa rempah-rempah.
Awalnya para pedagang dari eropa
hanya sebatas untuk berdagang. Namun karena sudah dirasuki dengan semangat imperialism, membuat mereka berubah
fikiran dan berencana untuk mengusasai daerah tersebut.
Maka di bentuklah VOC. Nantinya
kongsi dagang ini yang akan bertahan selama kurang lebih dua abad lamanya. Yang
menjadi pertanyaan sekarang adalah. Bagaimana sebuah kongsi dagang dapat memperalat, menguasai, dan memonopoli sebuah
wilayah yang begitu besar, hanya dengan segelintir anggota? Ada beberapa
strategi yang mereka gunakan, salah satunya adalah berdiplomasi dengan para
penguasa local, mengadu domba, dan memberikan semacam imbalan dan ancaman
kepada para petinggi saat itu. Alasannya bukan hanya untuk berdagang, namun
juga untuk menguasai sumber-sumber prodiksi, dimana mereka bisa membelinya
dengan harga yang jauh lebih murah. Sehingga mudah saja bagi VOC untuk
memonopoli hasil perdagangan di wilayah tersebut.
Disini
Prof Budiono, memaparkan sistem VOC yang dibilang sangat cerdik dalam
memanfaatkan secara maksimal peran penguasa local beserta birokrasinya. Mereka
melakukan kerjasama subkontrak (hanya menyediakan tenaga kerja. Bahan dari yang
mensubkontrakkan) dengan para penguasa local untuk mendapatkan pungutan secara
maksimal. Hal inilah yang membuat keuntungan mereka meningkat pesat. Dan
mengapa para penguasa tadi mau? Karena ada iming-iming, ada sebuah ancaman pula
jika mereka tidak mematuhi. Akibatnya, ada salah satu korban yang menderita,
tentunya itu adalah rakyat kecil. Dimana mereka mendapat bagian keuntungan yang
paling kecil, dengan jam kerja yang begitu tinggi dan berat.
Pertumbuhan laju ekonomi Calon Wilayah
Indonesia pada saat itu
Setelah dua abad lamanya kita Bersama VOC. Kita mendapat
banyak sekali kesengsaraan sekaligus pembelajaran. Memang pada kenyataannya
dalam sebuah catatan menyatakan. Ekonomi pada saat itu meningkat dari tahun
1450 – 1680. Kita melihat pertumbuhan ekonomi berjalan begitu efektif dan
menggembirakan karena terus mengalami kenaikan produksi selama ratusan tahun
lamanya. Namun apakah dampak peningkatan ekonomi itu dirasakan oleh masyarakat?
TIDAK. Justru masyarakat dibuat sangat rugi karena yang memperoleh keuntungan
dari itu hanyalah beberapa orang saja.
Hal yang kita pelajari disini bahwa pertumbuhan ekonomi dalam arti meningkatnya Produksi suatu Kawasan,
tidak selalu tingkat kesejahteraan
penduduk di suatu Kawasan itu meningkat.
Dalam literatur lain yang saya baca dan saya pahami, sebuah masalah ekonomi itu timbul,
karena orang tidak bisa memenuhi kebutuhan primernya (berupa makan, sandang,
tempat berteduh). Tak perlu ada perhitungan GDP, tak perlu adanya satuan
pendapatan suatu negara. Karena hal itu adalah hasil dari rata-rata pendapatan
seluruh bangsa dan negara. Jadi realita di lapangan tidak bisa kita hitung
dengan hal seperti itu. Dalam konteks yang sederhana, sebuah rata-rata itu
mencakup sebuah gabungan angka besar dan kecil yang dibagi jumlah dari angka
tersebut. dimana kita mencari perata-rataan suatu angka yang nantinya itu akan
dihitung dalam satu cakupan yang sama rata. Tapi itu tidak bisa menjadi tolak
ukur yang pas, karena pada kenyataannya nasib mereka yang berada di angka
terkecil itulah yang tengah menderita dan mengalami permasalahan ekonomi dan
sosial.
Untuk itu, sebuah ekonomi yang sehat, bisa terlihat jelas
ketika suatu masyarakat minimal bisa memenuhi
kebutuhan Primernya saja. dalam hal ini produksi dan permintaan itu jelas juga
penting, tapi hal itu tidak bisa mencakup keseluruhan dan mengatasi problem
yang ada. Perlu adanya kesadaran Bersama untuk bekerjasama dalam upaya
pengangkatan stabilitas ekonomi. Salah satu contohnya adalah pengertian
Bersama.
Kita lihat lagi pada kasus VOC.
Disana terdapat sebuah badan, tirani yang ingin mendapatkan keuntungan
semaksimal mungkin tanpa memperhatikan objek yang lain. Ini adalah kesalahan
besar, dimana keuntungan yang begitu besar, hanya bisa didapatkan mulai dari
yang teratas, dan sisanya diberikan kepada yang dibawahnya. Dalam hal ini kita
perlu memperhatikan kondisi dari tiap individu, dengan cara apa? Yaitu dengan
menggerakkan elemen-elemen terkecil dari masyarakat itu sendiri.
Pada Bab pertama ini ada dua aspek
yang dapat kita petik dari bahasan di atas.
11. Jangan menggabungkan
kekusaan politik dengan bisnis. Karena pemikiran bisnis hanya bertujuan untuk
ekonomi sempit yang hanya dinikmati para pemegang saham, sedangkan konteks dari
tujuan politik itu memiliki cakupan yang lebih luas (mensejahterakan masyarakat)
22. Keseimbangan antara
sentralisasi dan desentralisasi. Suatu sistem yang hanya bertumpu pada salah
satunya akan menyebabkan ketidak seimbangan. Sehingga dibutuhkan keseimbangan
antara pusat dan daerah untuk mengatur sebuah territorial wilayah.
Comments
Post a Comment