Ekonomi Indonesia (8)
Bab 8
Krisis Keuangan Asia : dampak dan
Penanganannya, 1997-2004
Tidak ada
yang menyadari krisis ekonomi akan datang pada masa itu, Indonesia menunjukkan
perkembangan ekonomi yang sangat baik pada masa itu, sehinga menyepelekan
tanda-tanda krisis yang sebenarnya sudah tercium baunya semnjak beberpaa tahun
yang lalu. Pertumbuhan ekonomi, inflasi
stabil, neraca pembayaran dibanjiri devisa luar negeri. Membuat Indonesia
di atas angin. Namun secara tak sadar hal itu akan menimbulkan overheating.
Tahap awal krisis
Penularan, gaungnya
sudah mulai terdengar di Thailand
Respon
Awal, untuk mengamankan cadangan devisa yang terus merosot dan
tidak stabil, BI merubah sistem ‘kurs mengambang terkendali’ (managed floating) menjadi ‘kurs
mengambang penuh’ (fully floating)
Kepanikan, rupiah
tak kunjung menemukan titi equilibriumnya. Kesalahan dalam menentukan kebijakan
juga menjadi salah satu faktornya.
Apa
penyebab kepanikan? Tiba-tiba kesulitan mendapatkan dolar, kurva
permintaan devisa yang terus bergeser ke kanan, banyak orang yang memburu dolar
untuk kegiatan bisnis, membayar hutang, kegiatan ekspor impor, dll.
Respon
selanjutnya, suku bunga SBI dinaikkan dari sekitar 11 %
menjadi 30 %, proyek besar yang banyak memakan devisa ditunda pelaksanaannya,
tapi tetap saja meski begitu dolar tetap merosot dari 2400 Rp/USD menjadi 3000
Rp/USD dan terus merosot.
Jurus
baru adalah pengetatan moneter, tapi malah berdampak serius ke perbankan yang
mengalami likuiditas akut. Menimbulkan dolar dan rupiah susah didapat karena
banyak orang menarik uang di bank. Terjadilah Rush, karena likuiditas kering membuat BI turun tangan dan membantu
bank, namun sialnya ada sebagian orang yang kurangajar tega memanfaatkan krisis
dan menggondol uang itu ke luar negeri! Kemudian awal oktober 1997 pemerintah
mengundang IMF untuk membantu menanggulangi krisis.
Pada
saat itu Indonesia bekerjasama dengan IMF untuk menstabilkan perekonomian
negara karena kurangnya informasi mengenai perbankan dan minimnya informasi
mengenai utang swasta, ditambah lagi ketidak konsistenan dalam pelaksaannya
membuat program yang dilakukan tidak berjalan maksimal.
Yang
lebih dramatik lagi adalah pelayarian modal dari Indonesia ke luar negeri
karena isu etnis cina, membuat sebagian besar para investor menganggap Indonesia
sudah tidak aman untuk tempat menanam modalnya.
Sistem
pembayaran macet karena liquiditas uang yang sulit, menimbulkan kegiatan bisnis
juga terhambat. Ditambah pelarian modal ke luar negeri melengkapi suasana
paceklik perekonomian saat itu.
Perubahan Strategi
-
Kebijakan moneter ketat, kebijakan Fiskal longgar
-
Pembenahan total perbankan
Bisa dibilang
ini adalah masa paling kritis di Indonesia. Berbagai masalah ekonomi hadir
menghantam negeri bak tsunami. Tentunya yang menjadi pandangan utama adalah pertama,
peran pemerintah yang kurang maksimal sehingga membuat rakyat tidak percaya
kepada penguasa saat itu. Kedua, isu yang dihembuskan oleh beberapa orang yang
menimbulkan pepercahan dan anarki.
1. Apa inti
dari masalah yang dialami Indonesia pada saat itu? mengapa devisa kita terus
menurun?
2. Apakah
ada pihak yang sengaja melakukan ini? atau ini memang siklus alami ekonomi?
3. Apakah
ada resiko ketika pemerintah meminta bantuan ke IMF?
4. Mengapa
Indonesia yang paling parah terkena dampak krisis?
Jawaban akan diberikan di Tulisan selanjutnya…
Comments
Post a Comment