Ekonomi Indonesia (2)
Bab 2
Dengan segala keuntungan yang
menggiurkan. Tetapi VOC pada akhirnya runtuh juga disebabkan beberapa factor :
Eksternal : Perang belanda
Inggris (1781-1784) dan pendudukan Belanda atas Perancis (1794-1795), persaingan
tajam perdagangan inggris, perancis, denmark
Internal : kebocoran kas pada setiap tingkat (praktek
korupsi) dari dalam.
Pada akhirnya VOC di likuidasi oleh
pemerintah belanda, dan berlangsunglah masa kolinial belanda di tanah Indonesia.
Sejujurnya pada masa itu memang terdapat ide dan pembaharuan modern yang bisa
kita ambil pelajaran seperti :
Deandless,
memisahkan struktur fungsi publik dan komersial pemerintahan, menghilangkan hak
hak penguasa tradisional (seperti keturunannya yang bisa mengganti jabatan
ayahnya), membangun jalan raya anyer-penarukan.
Raffles, sistem
pajak tanah modern, pembagian hasil panen.
Van Der Capellen, mengumpulkan informasi sistematis dan statistic mengenai
kondisi ekonomi masyarakat, mengurangi peran birokrasi tradisional (petani boleh
menjual langsung kepada pembeli tanpa persetujuan langsung kepala desa)
Ada beberapa
sebab yang menghambat dan menghentikan suatu sistem yang sudah di bangun ini :
1.
Resistensi dari penguasa lokal
karena upaya modernisasi ini mengurangi kekuasaan tradisional mereka.
2.
Reformasi birokrasi menimbulkan
beban fiskal, bukannya surplus tapi buntung. Sebab : (a) penerimaan pajak tidak
seimbang dengan biaya yang dikeluarkan untuk membangun birokrasi baru, (b) pecah
perang diponegoro (1825-1830)
Maka
untuk menutupi kas tersebut, dibentuklah sistem lain seperti : tanam paksa (cultuurstelsel), kebijakan ekonomi
liberal (kebebasan dan persamaan hak, berpikir, bertindak, ataupun beragama),
pemerintahan kolonial, Politik Etis.
Dalam hal ini. Terlihat jelas bahwa
Pemerintahan colonial belanda memiliki niat dan tujuan yang berbeda. Jika VOC
mementingkan prospek jangkan pendek dengan memanfaatkan keuntungan
sebesar-besarnya dengan cepat, maka lain dengan colonial belanda yang
berpikiran jangka Panjang. Salah satunya adalah dengan membangun sistem, tata kelola
birokrasi, serta infrastruktur. Dan hasilnya bisa dilihat beberapa puluh tahun
kemudian. Itu memang bisa di akui sebagai salah satu keberhasilan.
Tapi dalam praktik, masih terdapat
hal pelik yang perlu di garis bawahi. Sistem tersebut sudah cukup baik namun
dirasa masih kurang adil. Yang paling timpang adalah dalam segi sosial, dimana
peran pribumi seperti budak di negerinya sendiri, berada di kasta piramida
paling bawah. Hal itulah yang nantinya akan menimbulkan sebuah gejolak sosial
dan perlawanan.
Diluar dari itu, setidaknya kita
bisa belajar dari sistem yang di bangun dari belanda ini. Di lain sisi, ada
beberapa hal yang perlu di benarkan terkait penerapannya di dalam masyarakat. Salah
satunya adalah keadilan yang setidaknya bisa membuat puas suatu golongan
masyarakat. Tak perlu sama, karena keadilan itu tidak harus sama dan sesuai dengan
asumsi dan sudut pandang orang, serta kebutuhan. Yang perlu kita dalami dan
mengerti adalah kebutuhan tiap individu. Bukan dari cara kerja sistem untuk
mendapat keuntungan tanpa peduli sebagian golongan yang tertindas.
Hal yang
di tanyakan dalam bab ini adalah :
1.
Sistem ekonomi liberal
pada saat itu mengapa bisa membangkitkan perekonomian di tanah jajahan hindia
belanda? Kenapa tidak memilih kapitalisme? Atau sistem ekonomi lain?
2.
Ketika pendapatan
meningkat, terjadi pula ketimpangan sosial yang besar, mengapa itu bisa terjadi?
Kesenjangan sosial yang cukup besar, keadilan yang dirasa berat sebelah. Mengapa
hal itu bisa terjadi?
3.
Karena ketimpangan sosial
tersebut, para pribumi terdidik mulai melakukan perlawanan politik. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa kesadaran berpikir seseorang terbentuk dari upaya Pendidikan yang
dilakukan para kolonial. Sehinga menimbulkan perlawanan kepada tirani yang
kurang berkeadilan atas kesadaran dan pola pikir tersebut. Jadi bagaimana cara penguasa
menanggapi permasalahan ini secara benar dan tentunya juga dengan rasa keadilan?
Jawaban
akan diberikan di Tulisan selanjutnya…
Comments
Post a Comment