Ekonomi Indonesia (4)


Bab 4



Membahas topik mengenai ekonomi Indonesia semenjak perundingan KMB selesai diselenggarakan.

Pil pahit yang ditelan Indonesia pada masa itu adalah harus menanggung hutang hindia belanda yang cukup banyak, sehingga membuat ekonomi Indonesia terbebani.

Dumulai pada masa konsolidasi (penguatan, peneguhan) sistem ekonomi di Indonesia. Pada tahun 1950-an demokrasi parlementer yang telah di terapkan tidak stabil dan selalu berganti-ganti cabinet. Membuat beberapa kebijakan dan perencanaan ekonomi yang telah di susun sebelumnya menjadi hangus dan berganti dengan yang baru. Hal ini berdampak pada perekonomian yang dirasa sangat labil, sehingga sulit untuk mendapat titik temu dari penyelesaian ekonomi yang tengah menyerang bagsa.

Tiap cabinet mempunyai pemikiran dan pengelolaan yang berbeda untuk membangun perekonomian Indonesia, meski ada beberapa tujuan yang di anggap sama, seperti penggencaran pengembalian irian barat, tetap saja hal itu masih kurang karena fokus tiap cabinet yang berbeda-beda.

Dilanjutkan masa demokrasi terpimpin, Indonesia kembali mengubah arah dengan menerapkan sistem sentralisasi. Yang nyatanya itu membuat ketimpangan luar biasa antara pusat dan daerah yang lain. Dimana luar jawa adalah pemberi devisa terbesar, namun jawa pemakai devisa terbesar. Hal ini menyebabkan timbulnya berbagai pemberontakan yang ada.

Tantangan Ekonomi pada masa itu :

1.      Kerusakan berat akan sarana dan prasarana Produksi akibat konfrontasi Indonesia-Belanda.
2.      Birokrasi pemerintahan belum mapan dan belum baik.
3.      Utang yang harus ditanggung akibat dari kesepakatan KMB.
4.      Tatanan (Konstelasi) ekonomi antar kelompok sosial yang tak jauh beda dari masa colonial.

            Beberapa Kebijakan yang pernah di buat waktu itu : Program Benteng, membentuk perusahaan milik negara (BUMN), Nasionalisasi Gelombang I dan II. Kebijakan ini sangat tepat menurut saya. Namun ada kendala di program benteng yang membuat orang-orang memilih jalan pintas dengan menjual komoditi mereka ke Importir yang sudah mapan. Setidaknya pemerintah bisa membuat aturan tegas dan pengawasan pada masalah ini kepada orang-orang sekitar, tentunya akan meminimalisir hal semacam itu. Belanda pernah melakukannya dengan birokrasi kepada para kepala Desa untuk mengusai serta mengatur suatu wilayah.

            Banyak terjadi mismanagement pada setiap kebijakan yang dibuat untuk menyelesaikan masalah ekonomi, dampaknya PDB semakin merosot dan kesejahteraan rakyat menurun. Politik masa itu juga semakin mendominasi sehingga Peran sentral ekonomi tergerus yang akhirnya berdampak pada Hiperinflasi.

            Hiperinflasi terjadi karena masalah Inflasi yang tak bisa ditangani dengan baik dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini ditandai oleh hilangnya kepercayaan orang memegang uang. Sehingga orang-orang berlomba-lomba agar cepat mengeluarkan uangnya. Jika beli waktu pagi, mereka pasti akan segera menjual pada sore harinya. Sehingga kebanyakan masyarakat memilih sebagai penjual dan pembeli ketimbang untuk berproduksi. Hal ini lah yang secara tak langsung juga membuat Indonesia kekurangan factor produksi.

            Kini hal itu terjadi di Turki akibat ketegangan dengan Amerika. Lyra anjlok terhadap dolar sehingga memungkinkan terjadinya Inflasi, namun dengan bijak presiden kala itu menenangkan rakyatnya dan meminta kepada seluruh rakyat untuk menukarkan Dolar yang mereka miliki dengan Lyra. Sungguh ide Luar biasa dimana langsung ada arahan dan perintah dari presiden. Sehingga masyarakat tidak panik dan tetap merasa aman, apalagi hal itu di tunjang dengan elekstabilitas dari Erdogan yang sudah tinggi.

Staganasi atau kemunduran. Situasi yang cukup sulit dihadapi Indonesia yang akhirnya memilih untuk mengganti sistem politik. Hal ini terjadi di tahun 1966. Penyebabnya tak lain adalah : investasi terhenti karena ketegangan suasana politik dalam dan luar negeri, penurunan efesiensi dan produktivitas perusahaan akibat mismanagement, Infrastruktur yang tidak dipelihara, pergeseran kegiatan produktif menjadi spekulatif (Jual Beli) akibat dari Hiperinflasi.

Saya akan menambahkan, inti dari topik bahasan disini adalah tentang bagaimana kita dituntut untuk belajar dari problem dan kebijakan yang telah di buat sebelumnya. Berpikir Objektif dengan menghitung Cost-benefit (pendekatan sistematis untuk mempertimbangkan kelemahan dan kekuatan terhadap pilihan yang ada)  dalam setiap permasalahan yang ada sehingga meminimalisir kesalahan.

Solusi yang di paparkan tidak harus dalam lingkup pemerintah. Harus ada peran dan upaya untuk meningkatkan mutu dan kualitas dari SDM. Pendidikan, Infrastuktur, Agama. Hal yang biasanya luput namun memiliki peran yang cukup penting untuk menunjang kemajuan suatu negara.

Apa yang harus dibenahi untuk pertama kali adalah Pola pikir. Beri Pendidikan yang membangun dan mengasah daya pikir, berfikir kritis, galakkan membaca serta beri topik permasalahan untuk bisa dikaji.

Kedua adalah dari diri pemerintah yang mengayomi, dekat dengan rakyat, sekaligus tidak berbuat keji dan membuat kegaduhan untuk memecah belah rakyat. Pemerintah harus merangkul, tidak berat sebelah dan menjunjung asas keadilan. Memudahkan sistem permodalan, menguatkan peraturan perizinan dan pengawasan. Dan tidak menyalah gunakan wewenang untuk menyengsarakan rakyat. Tentunya hal itu perlu wibawa dan ketegasan.

Apa yang membuat para cabinet itu bisa berganti-ganti dengan cepat?
Apa yang membuat permasalahan ekonomi Indonesia tak kunjung ditemukan solusinya? Factor apa saja yang membuatnya seperti itu?

Tidak seperti negara lain yang sudah mulai menemukan jati diri ekonominya sehingga langsung melesat menjadi negara maju dalam kurun beberapa waktu seperti Jepang, Korea, China. Indonesia nampaknya masih terseok-seok dan mencari arah yang tepat untuk kebijakan ekonomi selanjutnya.

Jawaban akan diberikan di Tulisan selanjutnya…

Comments

Popular posts from this blog

Kewirausahaan (1)

Manajemen Operasi (4)

Manajemen Keuangan (1)