Ekonomi Indonesia (5)
Bab 5
Stabilisasi ekonomi
Masalah pokok ekonomi pada masa itu
-
Pergantian rezim yang
transisinya blm tuntas, serta guncangan sosial-politik
-
Hiperinflasi
-
APBN tekor
-
Prasarana yang tidak
terurus
-
Cadangan devisa nol,
padahal hutang luar negeri jatuh tempo
-
Kelangkaan bahan baku,
suku cadang, dan pasokan pangan
-
PDB stagnan bahkan merosot
Cara pemerintah menyiapkan program ekonomi
-
Dalam polemic devisa yang
sudah menyentuh angka nol, Indonesia dihadapkan dengan jatuh tempo utang yang
harus mereka bayar beserta bunganya. Hal ini membuat sebuah langkah mendesak
dengan : (a) mendorong ekspor dengan merombak sistem kurs devisa ganda dan berbagai
aturan perdagangan yang menghambat kegiatan ekspor. (b) merundingkan kembali
penjadwalan hutang dan mencari pinjaman lain.
-
Dengan bantuan IMF
Indonesia merencanakan strategi stabilisasi ekonomi dengan 4 pilar :
(a) Kebijakan “decontrol” : melepas pasung
dalam
kebijakan ini peran negara dalam bidang ekonomi di batasi dan peran swasta
diperlonggar. Hal ini mempunyai dampak positif seperti peran pemerintah yang
semakin ringan serta terbebasnya belenggu bagi swasta yang sekiranya ingin
menanamkan modal usaha di Indonesia. Namun dalam hal ini kita harus tahu, di
salah satu pasal telah di sebutkan bahwasanya kekayaan alam Indonesia itu
sepenuhnya dimiliki oleh rakyat, jangan sampai terpegang oleh pihak swasta.
Semisal memang perlu pinjaman modal, usahakan pengelolanya tetaplah dari pihak
pemerintah. Contoh adalah tambang sumber daya dan emas, karena hal itu secara
tidak langsung adalah milik hajat orang banyak, bukan untuk segelintir orang.
(b) Kebijakan Fiskal : menegakkan disiplin anggaran
Berusaha
menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan negara. Dengan meneliti secara
rinci uang masuk dan uang keluar.
(c) Kebijakan moneter : mengendalikan uang beredar
Yang
saya tangkap pada kebijakan ini adalah. Dimana untuk menutup devisa yang mines,
sebuah negara akan melakukan beberapa pinjaman yang mereka sebut ‘lunak’
(karena tanggungannya kecil) lalu mereka berencana membayar bunga dengan cara
menetapkan bunga khusus kepada bank-bank bagi masyarakat yang menginginkan
modal. Tentunya hal ini sangat pelik karena rakyat jugalah yang menjadi korban
kembali. Dimana mereka harus membayar sejumlah uang tambah yang sejatinya uang
itu tidak beredar di negara (cermati sendiri kata-kata itu)
(d) Kebijakan neraca pembayaran : melonggarkan ketersediaan
cadangan devisa
Membangkitkan
memperlancar kegiatan ekspor-impor dan meningkatkan arus dana masuk. Caranya
adalah dengan penyederhanaan sistem kurs ganda, kemudian melakukan diplomasi
ekonomi untuk merunding ulang hutang.
-
Perombakan sistem kurs
devisa ganda menjadi tunggal dengan mengikuti mekanisme pasar
-
Negosiasi utang
Persoalan-persoalan
yang timbul
-
Keketatan likuiditas dan
kesulitan mendapatkan pembiayaan usaha. Pemerintah merespon dengan mengendorkan
secara selektif pemberian kredit pada sector prioritas sambil melanjutkan langkah
decontrol untuk menahan arus inflasi.
-
Menyeimbangkan APBN pada
situasi abnormal itu sulit, pemerintah saat itu melakukan hal yang tepat dengan
cara melakuakan kesepakatan politik yang kuat dengan menjadi payung kesatuan
pandang ekonomi, dan kemampuan operasional (pemerintah membentuk kelompok
khusus terdiri dari dalam maupun luar birokrasi untuk menggerakkan aparatur
negara yang matisuri)
-
Melakukan kenaikan harga
dan melepas subsidi secara berkala untuk mencegah resistansi.
-
Meledaknya kegiatan
spekulatif, seperti inflasi, likuiditas, kemacetan produksi yang membuat
pemerintah melakukan kebijakan pelonggaran devisa. Hal itu cukup efektif, namun
perlakuan kredit murah membuat pembelian devisa besar-besaran. Kredit bank
malah digunakan untuk membayar spekulasi, sehingga bank kesulitan membiayai
deposan mereka, alhasil pemerintah harus membiayai beberapa bank yang terkena
masalah itu.
-
Di musim paceklik yang
membuat harga beras melambung tinggi, karena ada gejala El Nino yang menyebabkan kemarau Panjang. Lalu ada bantuan beras
dan bulgur dari Amerika serikat (inilah peran penting melakukan diplomasi
internasional) pada des 1967 dan januari 1968.
-
Hal ini membuka cakrawala
pemerintah untuk menyimpan suplai beras, semenjak panen besar pada tahun 1968. Dan
itu terbukti untuk mencegah terjadinya hiperinflasi. Dan terbukti tahun 1966-68
adalah proses pengendalian hiperinflasi yang sukses. Karena inflasi yang semula
635,3 % bisa diredam sampai 85,1. Sampai tahun 1971. Inflasi menetap pada angka
2,5 %.
Prinsip dasar kebijakan penting berupa anggaran belanja
berimbang, sistem devisa bebas, dan kurs tunggal, serta mendorong keikutsertaan
swasta baik dalam maupun luar negeri, melandasi kebijakan stabilisasi dan
menjadi jangkar kebijakan di masa sesudahnya.
Patut diakui peran pemerintah yang
hebat pada masa itu membuat keadaan ekonomi Indonesia yang memburuk perlahan
membaik. Terdapat resiko dari setiap kebijakan yang ada, namun hal itu dapat
teratasi dengan kebijakan yang lain.
Dalam hal ini saya menggaris bawahi
tentang adanya pinjaman hutang yang memang mau tidak mau harus dilakukan
negara. Tentu itu sangat membantu menopang perekonomian negara. Hutang dirasa
sebagai hal wajib yang akan membantu mendongkrak pertumbuhan negara. Bunga yang
harus di tanggung Indonesia meski dikatakan lunak tetaplah masih memberatkan
karena dampaknya akan terasa di tahun-tahun jatuh temponya, apalagi yang
dipinjam jumlahnya itu besar.
1.
Adakah cara lain untuk
mengatasi krisis ekonomi tanpa hutang ?
2.
Mencari contoh tentang
penanganan krisis di negara lain !
3.
Apa perbedaan krisis
ekonomi yang dialami negara maju, berkembang, dan miskin ?
4.
Mengapa jepang, china,
korea bisa menjadi negara maju dan Indonesia masih berkutat tentang masalah
ekonomi yang tak kunjung selesai dari tiap masanya ?
Jawaban akan diberikan di Tulisan
selanjutnya…
Comments
Post a Comment